Saya seringkali menyimak dan berusaha mencerna apa yang disampaikan Rocky Gerung dalam sebuah kelas online yang dihelat Jurnal Perempuan. Kelas online yang khusus membahas lingkungan hidup, tentang feminisme, environmental ethic, filosofi lingkungan hidup hingga tentang radikal ekologis.
Feminis adalah prilaku yang seringkali melekat pada pribadi seorang perempuan. Sebagai sosok yang peka, perasa dan gampang tersentuh atau sensitif. Feminisme adalah sebuah prinsip yang menunjukkan prilaku tersebut. Seorang ibu, adalah sosok feminis yang begitu peka dan memberi perhatian pada anaknya mesti ia sendiri rela mengorbankan apapun.
Begitulah gambaran feminisme. Dimana dalam konteks lingkungan hidup prinsip dasar feminisme tidak hanya berlaku bagi perempuan, tapi juga sosok laki laki yang secara fisik maskulin. Seorang yang selalu gelisah melihat ketidakteraturan, ketidakadilan terhadap lingkungan dipastikan memiliki sifat feminis. Pertanyaannya seberapa banyak manusia dimuka bumi ini yang masih mempertahankan prinsip feninisme itu?
Fakta kerusakan lingkungan yang semakin menjadi akibat keserakahan adalah tanda hilangnya sifat feminis. Feminisme akan memicu seberapa jauh manusia menjunjung tinggi etika lingkungan hidup. Parahnya lagi, saat ini, persepsi sebagian publik masih mengganggap manusia yang berusaha mempertahankan prinsip feminisme lingkungan hidup adalah terlalu radikal dan penghambat pembangunan. Apapun persepsi itu, kita mesti membuka mata hati atas fakta fakta yang terjadi di depan mata. Menurunnya produktuvitas, hilangnya biodiversitas, global warming dan bencana lainnya. Apa kira kira akar penyebabnya? dan siapa aktor penyebabnya? Akar penyebabnya tentu hilangnya prinsip feminisme lingkungan hidup pada diri sebagian besar manusia dan aktornya siapa lagi kalau bukan kita, manusia serakah.
Tidakah kita tersentuh melihat satwa liar yang harus mati matian beradaptasi mempertahankan hidup akibat hutan pohon alami berubah jadi hutan beton? Suatu ketika saya menonton perubahan prilaku kera yang justru harus merubah prilsku hidupnya seperti ikan karena di darat tak ada lagi cukup makanan tersedia.
Tidakkah kita sadar bencana beragam penyakit aneh akibat virus dan lainnya? Apa sebenarnya yang terjadi? Semua terjadi akibat saat ini tidak ada lagi sekat atau batasan ekologis antara hewan dengan manusia. Akibat habitatnya yang tergusur untuk menopang kehidupan manusia. Beragam penyakit menular seperti flu babi, flu burung, dan lainnya selalu yang jadi sasaran pemusnahan adalah hewan, padahal ia hanyalah korban keserakahan manusia. Penularan penyakit lebih kasarnya adalah sebuah “karma” akibat prilaku yang tak didasari oleh sifat feminis.
Mari bergerak lindungi alam dan seisinya, sentuh kesadaran masyarakat dan generasi muda dengan menanamkan prinsip feminisme lingkungan hidup. Jangan biarkan generasi mendatang kehilangan jejak tentang kekayaan biodiversity kita. Biarkan ia lestari memgikuti siklus alamiah yang sudah Tuhan atur begitu sempurna.
Sumber gambar : mongabay.com