Beberapa waktu lalu, kami dibuat terganggum dengan Penyampaian CEO e-fishery, dalam sebuah acara yang digelar komunitas para start up yang tergabung dalam Digifish Network.
Bukan hanya mengapresiasi peran para milenial start up, utamanya bagaimana secara konkrit menjaga rantai pasok selama pandemik Covid-19, tapi juga bagaimana mereka mampu menawarkan konsep dan pendekatan untuk mengungkit ekonomi pelaku utama akuakultur. Konsep ini secara nyata berhasil dan terus berkembang.
Ada ribuan ton ikan yang langsung terserap lewat program “tarik ikan”, ada ratusan milyar sharing investasi yang masuk, ada banyak input produksi yang secara efisien bisa terdistribusi. Intinya ada mata rantai bisnis (business chain) yang berjalan di beberapa sentral produksi akuakultur. Bayangkan itu hanya dari peran satu starp up e-fishery yang tentu pada awalnya punya sumber daya yang minim. Melalui konsep yang cerdas dan inovatif, sebuah konsep akan mampu memicu perubahan positif. Tentu paling penting adalah komitmen.
Apa yang dilakukan adik adik milenial start up di atas, adalah sebuah grand design/model pendekatan ekonomi akuakultur yang inklusif. Ini adalah inti sebuah model yakni integrated aquculture business (IAB) yang sejak dulu belum kunjung terwujud, padahal nilai ekonomi akuakultur luar biasa, di lain pihak para pelaku utama masih harus terengah engah untuk menumbuhkan kapasitas usahanya. Minimnya terhadap kemudahan akses kebutuhan mendasar masih terus terjadi. Minimal ada 4 (empat) akses penting yang harus mereka penuhi yakni production input yang efisien, inovation & capacity building, inclusive funding dan fish market.
Konsep integrated aquaculture business (IAB) adalah bagaimana menjamin siklus bisnis berjalan secara efisien. Semua sub sistem di dalamnya yang mencakup setidaknya 4 (aspek) di atas, bisa dibangung secara efektif. Saya optimis, jika ini bisa diwujudkan di setiap sentral produksi berbasis unggulan, inshaAllah terpaan badai pendemik Covid 19 yang mengancam eksistensi usaha mikro akuakultur ini bisa diminimalisir karena ada jaminan supply & demand beserta kemudahan akses yang dibutuhkan. Ekonomi akuakultur harus dibangun inklusif, oleh karena itu PR besar jangka pendek adalah bagaimana memetakan konsepsi ini menjadi sebuah action plan yang konkrit.
Pemerintah punya banyak input sumber daya yang bisa diberdayakan diantaranya ada BUMN/BUMD (perikanan dan perbankan mikro) yang bisa diperkuat untuk memfasilitasi pembiayaan mikro dan sebagai buffer market; dan lintas sektor lainnya yang bisa diberdayakan. Intinya, Pemerintah cukup memposisikan sebagai fasilitator dan regulator bukan sebagai provider. Peran Pemerintah, saya kira cukup dalam hal penyediaan infrastruktur dan menjamin iklim usaha yang kondusif. Sementara ujung tombak diserahkan pada private sector. Tentu private sector yang punya komitmen pemberdayaan.
Langkah Menteri KP yang baru dalam mengusulkan penurunan suku bunga kredit perbankkan untuk KUR dari 6% menjadi 3% patut direspon Menko Perekonomian dan harus segera direalisasikan. Sudah saatnya perbankan nasional fokus berpihak pada UMKM, bukan hanya pada pemilik modal besar. Badan Layanan Usaha Lembaga Pembiayaan Mikro Kelautan dan Perikanan (BLU-LPMKP) harus diperkuat dan memberikan skema pembiayaan yang lebih ringan dan pro UMKM. Penting menemukan formulasi, supaya lembaga ini menyentuh para pelaku kecil bahkan pemula, dan secara langsung memicu wirausahawan baru. Saya, kira itu hanya beberapa sumber daya yang bisa dibangun di setiap kawasan IAB.
Kesimpulan saya, membangun IAB di sentral produksi akuakultur tidak harus dominan mengandalkan porsi APBN, tinggal terapkan strategi pentahelix, terutama gandeng stakeholders, termasuk perkuat dan berdayakan para milenial start up. Apa yang telah dilakukan para start up bisa dijadikan model untuk diadopsi secara nasional.
Percepatan pembiayaan/investasi untuk pengembangan IAB juga bisa dilakukan melalui pembiayaan non bank seperti skema crowdfunding. Ini punya nilai positif karena akan mampu menarik minat investasi terutaka kaum milenial untuk terjun ke dunia bisnis perikanan. Konsep ini pada faktanya juga berhasil dilakukan para start up seperti Growpal dan lainnya.
Saatnya meninggalkan program program instan, namun lebih ngedepankan grand design komprehensif yang bisa dirasakan secara berkelanjutan dan IAB patut diimplementasikan untuk memberikan multiplier yang besar terutama dalam mengungkit struktur ekonomi masyarakat.
Sumber gambar : zonasatunews.com