Salah satu indikator kinerja sector perikanan yakni memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan nilai ekspor produk perikanan yang memiliki daya saing tinggi. Komoditas ikan patin sebenarnya memiliki potensi besar untuk digenjot baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor. Salah satu tantangan terbesarnya yakni bagaimana menciptakan efisiensi produksi, sehingga margin keuntungan yang diraup pelaku usaha dapat optimal.
Data International Trade Center (ITC) yang dirillis tahun 2023, menunjukkan bahwa Market demand patin di pasar dunia tahun 2022 mencapai 2,49 milyar USD dengan pertumbuhan rata-rata selama 2018-2022 sebesar 10,12%, dimana selama 2 tahun terkshir tumbuh signifikan sebesar 64,93%. Sementara itu, USA dan China merupakan importir terbesar patin dunia, dimana dalam 2 tahun terkhir tumbuh signifikan masing-masing 70,16% dan115,34%. Kedua negara tersebut masing-masing memberikan market share 26,93% dan 24,62%. Dalam kurun waktu yang sama, nilai ekspor patin dunia mencapai 2,46 milyar USD dengan pertumbuhan selama 2018-2022 sebesar 3,08%, sementara selama 2 tahun terkahir tumbuh cukup signifikan sebesar 40,34%. Vietnam sangat mendominasi supply patin dunia dan tumbuh signifikan selama 2 tahun terkhir 47,74% dengan nilai mencapai 2,26 milyar USD.
Kinerja Daya Saing Produk Patin Ekspor RI
Tahun 2022 nilai ekspor patin RI mencapai 4,40 juta USD atau hanya tumbuh sebesar 1,28% per tahun selama kurun waktu 2018-2022, bahkan dalam 2 tahun terakhir justru turun sebesar 16,62%. Thailand merupakan negara tujuan utama ekspor patin RI disusul Taiwan Singapura, Perancis, Belanda, United Kingdom, Korsel, dan Belgia. Thailand masih mendominasi pangsa pasar patin RI dengan share sebesar 41,74% pada tahun 2022, dan tercatat tumbuh 7,11% dibanding tahun 2021. Dengan kondisi demikian, untuk menggenjot nilai ekspor patin, RI tidak bisa hanya mengandalkan negara tujuan yang saat ini ada, mengingat secara umum kinerja perkembangan demand0nya yang kurang baik. Disisi lain, tahun 2022 rata-rata harga patin di pasar dunia sebesar 2.960 USD per tons, negara USA mencatat harga tertinggi dengan rata-rata 4.818 USD per tons. Sayangnnya Thailand sebagai negara tujuan utama ekspor patin RI justru memberikan harga relatif rendah yakni 1.944 USD per tons. Kondisi ini menyebabkan nilai tambah patin RI menurun dan ini akan berimplikasi pada kinerja usaha patin di hulu, terlebih kegiatan usaha budidaya patin nasional saat ini tengah menghadapi masalah in-efisiensi produksi.
Hasil market analysis yang dilakukan Pusat Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Pusaran KP) terhadap seberapa jauh daya saing komparatif patin ekspor di 11 negara eksportir, menunjukkan bahwa Indeks RCA (Revealed Comparative Advantage) Ekspor patin RI masih di bawah 1 yakni 0,83, artinya memiliki daya saing komparatif yang masih rendah dibanding negara lain terutama Vietnam yang memiliki indeks tertinggi (1,48). Rendahnnya indeks RCA disebabkan karena share ekspor patin RI masih sangat rendah di pasar Internasional.
Sementara itu, analisis daya saing kompetitif melalui pendekatan Analisis Constant Market Share Analysis (CMSA) dengan melakukan dekomposisi pada faktor-faktor determinan terhadap pertumbuhan ekspor di negara-negara eksportir utama yaitu efek komposisi komoditas, efek distribusi pasar, dan efek daya saing, menyimpulkan bahwa : (1) Nilai CMSA RI bernilai negatif (- 878), artinya RI mengalami kehilangan pangsa pasar eksporsenilai 878 ribu USD di tahun 2022; (2) Nilai CMSA RI yang negatif disebabkan karena efek daya saing yang rendah, dimana RI masih kesulitan untuk mempertahankan pangsa pasar yang ada, dan belum mampu secara optimal melakukan penetrasi pasar yang lebih luas, terutama pada negara-negara yang memiliki market share terbesar seperti USA dan China; (3) Meskipun faktor efek komposisi komoditas dan efek distribusi pasar positif, namun belum mampu mendongkrak peningkatan nilai ekspor yang signifikan; dan (4) Dalam meningkatkan kinerja eskpor patin, RI menghadapi tantangan berat, terutama dominasi Vietnam, dimana Vietnam mampu mendorong branding fillet (dori) menjadi lebih populer di pasar ekspor terutama di USA dan China, sementara produk patin RI masih menyasar negara negara tujuan yang memiliki market share yang rendah seperti Thailand, Taiwan, Singapura, dan Perancis.
Prediksi Pasar tahun 2024 – 2027, dan Bagaimana RI Memanfaatkan Peluang ?
Hasil analisis terhadap kinerja ekspor – impor patin dunia selama kurun waktu 2018-2022, menunjukkan bahwa pada tahun 2024 dipredikasi market demand patin mencapai 2,92 milyar USD atau 987 ribu tons. Market demand patin dunia diprediksi akan naik selama kurun waktu 2023-2027 dengan pertumbuhan rata-rata 7,11%, dimana setiap tahun akan ada penambahan nilai market demand sebesar 213,90 juta USD atau 72.266 ton (asumsi harga rata-rata 2,96 USD per kg). Kondisi ini dengan catatan faktor-faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh dianggap konstan.
Dengan merujuk pada prediksi penambahan market demand di atas, maka volume ekspor patin optimum yang dapat digenjot RI selama kurun waktu 2024-2027 masing-masing tahun 2024 sebanyak 146.020 tons, 2025 sebanyak 218.286 tons, 2026 sebanyak 290.552 ton, dan 2027 sebanyak 362.817 tons. Peluang penambahan market demand ini harus ditangkap oleh RI dengan menggenjot ekspor ke negara-negara importir yang memiliki tren demand yang positif. Penetrasi pasar RI setidaknnya harus mampu menguasai pangsa pasar tambahan sebesar 19,87% dengan menggenjot pertumbuhan dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 51,36% per tahun. Untuk memaksimalkan peningkatan ekspor, maka RI harus mampu : (1) melakukan ekspansi pasar dan meningkatkan penetrasi pasar pada negara-negara yang memiliki pertumbuhan impor positif; (2) mengambil alih supply atas negara negara yang memiliki pertumbuhan ekspor negatif; dan (3) mempertahankan kinerja ekspor selalu positif. Adapun Negara-negara yang berpeluang menjadi sasaran penetrasi pangsa pasar oleh RI yakni China, USA, Amerika Latin, ASEAN, Jepang, dan Timur Tengah dengan total market share diperkirakan sebesar 62,30%. Untuk menangkap peluang ekspor patin sesuai prediksi market selama 2024-2027, maka RI harus mampu mengambil alih pangsa pasar baru pada negara-negara tersebut sekurang-kurangnya 32,41% sampai dengan tahun 2027.
Setidaknya ada 9 (Sembilan) strategi kebijakan yang dapat dilakukan RI sebagai upaya dalam menangkap peluang pangsa pasar ekspor ikan patin secara optimal, kesembilannya yaitu : (1) RI harus memperkuat market intelligence sebagai upaya melakukan atisipasi dini terhadap dinamika perkembangan pasar patin global ; (2) RI harus mendorong daya saing produk dan meningkatkan upaya penetrasi pasar pada negara-negara yang memiliki market demand yang tinggi, seperti China dan USA. RI juga harus melakukan ekspansi/penetrasi pasar baru. Adapun negara-negara potensial yang bisa ditingkatkan supply share-nya antara lain : Timur Tengah, sesama negara ASEAN, Jepang, dan Amerika Latin; (3) Memperkuat hubungan/diplomasi dagang dengan negara-negara importir baik multi maupun bilateral. Salah satu yang potensial, RI bisa memanfaatkan forum OKI untuk pentrasi pasar ke negara-negara Timur Tengah dll. Disamping itu perlu memperkuat peran duta besar RI untuk melakukan promosi produk perikanan dan membuka peluang ekspor; (4) Mendorong insentif fiskal maupun non fiskal untuk mendorong iklim ekspor yang kondusif. Disamping itu pemerintah perlu segera membenahi supply chain dan sistem logistik ekspor yang efisien untuk meningkatkan daya saing; (5) Mendorong penciptaan iklim usaha yang efisien, melalui perbaikan sistem perbenihan, inovasi teknologi, infrastruktur/logistik, pembiayaan, pengembangan produk dan pasar; (6) Memperkuat Promosi dan Branding produk patin RI untuk menyaingi branding dori asal Vietnam dan memperkuat dan mensupport secara full peran asosiasi patin nasional (APCI); (7) Memfasilitasi peran investor/pelaku usaha dengan menyediakan regulasi dan infrastruktur dalam rangka menumbuh kembangkan konsep industri patin terintegrasi di kawasan potensial seperti Sumatera Selatan; (8) Mendorong perbaikan tata kelola sistem logistik benih dengan mengembangkan sistem logistik dan informasi benih nasional untuk menjamin ketersediaan induk dan benih patin bermutu yang menjangkau sentral-sentral produksi; dan (9) Memperkuat Standarisasi dan sertifikasi baik proses maupun produk yang telah terharmonisasi dengan standar global, sehingga diakui secara penuh oleh negara-negara buyer. Ini penting untuk meningkatkan keberterimaan produk.
Sumber Gambar : Ekuatorial.com
Penulis : Cocon, S.Pi.,M.Si seorang Perencana dan Setjen Pusaran-KP